Sering kita diuji di dunia ini, sama ada - kita mungkin diuji dengan kenikmatan rezeki yang mencurah2 , dan tidak kurang ditimpa kepedihan dan kesempitan. Terkadang kita menjadi lemah ketika ditimpa penderitaan hingga mengalami kehinaan. Dan terkadang kita mendapat kenikmatan yang berlimpah yang tidak diduga. Apa yang dituntut dari kita adalah agar kita tidak menyeleweng, mengambil kesempatan, menipu dan tidak sombong serta tetap teguh dalam keimanan tatkala menghadapi dua keadaan tersebut.
Selama
hidup, kita tidak mungkin terbebas dari ujian yang datang. Allah
S.W.T. menguji kita untuk mengetahui sejauh mana reaksi kita dalam
mengatasi suatu masalah. Allah S.W.T. memberikan penilaian kepada kita
sesuai dengan sikap kita terhadap ujian yang kita hadapi. Hidup ini
memang penuh dengan ujian, sebagaimana firman Allah S.W.T;
“Sesungguhnya
kami telah menciptakan manusia dari setitis mani yang bercampur yang kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), dan kerana itu
kami jadikan dia mendengar dan melihat.”
[Surah Al-Insaan : Ayat 2]
Seorang
yang sedar akan berhati-hati terhadap penderitaan atau kesenangan yang diberi,
sehingga tidak terperosok dalam kelalaian serta melihat setiap yang
menimpa dirinya, baik duka mahupun gembira - merupakan suatu ujian dan takdir dari Allah SWT .
Penderitaan
merupakan salah satu realisasi ujian Allah. Di saat menderita , kita terasa terusik untuk mengetuk pintu Allah dalam
erti kata memohon keampunan, keselamatan dan mengharapkan kasih
sayangNya. Dengan demikian, setiap penderitaan merupakan saranan untuk
mendekatkan diri kepada Allah S.W.T. Bukankah Rasulullah s.a.w. telah
bersabda; “Hendaklah seseorang mengucapkan kalimat Irtirjaa’ ketika
tertimpa musibah (Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un). Sesungguhnya
kita ini hanyalah milik Allah dan kepadaNyalah kita kembali.”
Sebaliknya
kesenangan hidup seringkali melalaikan manusia. Mereka terjebak dengan
perangkap yang menipu dan merasa diri sebagai orang yang sukses dan beruntung kerana
hasil ilmu atau usahanya sendiri. Padahal tiada daya upaya dan kekuatan
kecuali dengan izin Allah.
Seharusnya tatkala menghadapi sesuatu yang menyenangkan kita segera
bersyukur kepada Allah dan menyalurkan kurniaanNya itu pada jalan Allah
sebagai merealisasikan rasa syukur dan untuk meningkatkan ketaatan
kepadaNya. Dengan demikian kenikmatan menjadi pangkal untuk mendekatkan
diri kepada Allah.
Sebaiknya kita tidak mudah tertipu dengan kesenangan hidup dan menyedari
bahawa kesenangan merupakan ujian Allah. Dengan ujian ini Allah akan
menilai apakah kita bersyukur atau kufur terhadapnya. Semoga kita tergolong dalam hamba yang sentiasa bersyukur kepada
Allah dan dijauhkan dari sifat takbur dan bongkak sombong.
No comments:
Post a Comment